JAKARTA, – Ketua Dewan Pengarah Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Megawati Soekarnoputri menyoroti krisis pangan yang mengancam negara manapun. Dia mengajak semua pihak untuk mengantisipasi persoalan tersebut.
Ketua Umum PDIP itu berharap ada mekanisme kerja yang bisa menyinergikan hulu dan hilir, pengembangan kemampuan produksi dan pengolahan hasil pangan. Tak lupa, ia menginginkan sistem distribusi yang adil.
“Indonesia bisa hadir sebagai lumbung pangan dunia,” kata Megawati saat membuka Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan 2022 di Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Minggu (16/7).
Menurutnya, Indonesia punya potensi besar untuk mengembangkan bahan pangan utama selain beras, di antaranya singkong, jagung hingga umbi-umbian.
“Dua tahun yang lalu sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan, saya telah memberikan instruksi, kepada seluruh jajaran ekskutif kami, yaitu yang disebut program menanam sepuluh tanaman pendamping beras, yaitu hanjali atau jali-jali, jagung, pisang, porang, sagu, singkong, sorgum, sukun, talas, ubi jalar,” paparnya.
Megawati menerangkan, porsi konsumsi nasi oleh masyarakat saat ini mencapai 60 persen. Diperkirakan Indonesia perlu sekitar 319 juta ton beras pada 2045.
Angka besar itu menjadi tantangan, mengingat masifnya alih fungsi lahan pertanian, krisis iklim, kekeringan, gagal panen, hingga ketidakpastian pandemi.
Sebagai gambaran, pada 2020, produksi beras mencapai 31,33 juta ton. Lalu 2021, hanya meningkat menjadi 31,69 juta ton. Dalam hal ini, gagasan makanan pendamping beras menjadi krusial.
“Dengan kesadaran kita bersama, ditambah sosialisasi yang harus gencar, masif akan pentingnya mengembangkan dan mengonsumsi bahan pangan selain beras sebagai bahan pangan pokok masyarakat Indonesia, ancaman krisis pangan itu sekiranya dapat kita minimalisasi, atau tentu yang kita sangat berkeinginan tidak sampai terjadi,” jelas Megawati.